Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal daring Public Library of Science ONE, disebutkan bahwa tomat organik benar-benar lebih sehat dibandingkan tomat yang tumbuh secara konvensional.
Tim peneliti menyebutkan, meskipun ukurannya lebih kecil, tomat organik mengandung kadar tinggi vitamin C dan senyawa yang dapat memerangi penyakit kronis.
Dalam keterangan peneliti, tomat nonorganik dirawat dengan pestisida dan pupuk buatan. Sementara, pertanian organik memaksa buah itu berjuang sendiri untuk tumbuh. Tekanan-tekanan inilah yang melahirkan konsentrasi senyawa kimia menyehatkan yang lebih besar.
Para ilmuwan membandingkan tomat yang ditanam di lahan pertanian konvensional dan organik di Brasilia. Masing-masing lahan berjarak 1,5 kilometer dan berada dalam lingkungan alam yang sama.
Dalam risetnya, peneliti mengambil 30 sampel tomat dari masing-masing lahan dan kemudian dianalisis. Dari hasilnya terlihat, tomat di lahan organik diketahui memiliki bahkan 75 persen vitamin C lebih kecil dibanding tomat yang ditanam di pertanian konvensional.
Tomat organik yang diuji oleh para peneliti Brasil diberi pupuk kandang dan kompos sayuran, tetapi tidak disemprot dengan pestisida. Sebaliknya, tomat konvensional diberi pupuk nonorganik dan pestisida FASTAC 100.
Peneliti menemukan tekanan yang terkait dengan enzim phenylalanine ammonia lyase (PAL), sebuah enzin yang berperan membentuk rasa, dua kali lebih aktif dalam buah organik.
Selain itu, senyawa fenol dalam tomat, seperti flavanoid, menyumbang manfaat kesehatan yang besar bagi tubuh. Flavanoid membantu tubuh melawan stres oksidatif, bentuk senyawa kimia perusak yang terkait dengan kondisi kronis, seperti penyakit jantung, kanker, dan demensia. Lycopene, flavonoid tomat, terbukti mengurangi risiko kanker prostat dan memperlambat pertumbuhan tumor.
Sumber: MetroTVNews
Tim peneliti menyebutkan, meskipun ukurannya lebih kecil, tomat organik mengandung kadar tinggi vitamin C dan senyawa yang dapat memerangi penyakit kronis.
Dalam keterangan peneliti, tomat nonorganik dirawat dengan pestisida dan pupuk buatan. Sementara, pertanian organik memaksa buah itu berjuang sendiri untuk tumbuh. Tekanan-tekanan inilah yang melahirkan konsentrasi senyawa kimia menyehatkan yang lebih besar.
Para ilmuwan membandingkan tomat yang ditanam di lahan pertanian konvensional dan organik di Brasilia. Masing-masing lahan berjarak 1,5 kilometer dan berada dalam lingkungan alam yang sama.
Dalam risetnya, peneliti mengambil 30 sampel tomat dari masing-masing lahan dan kemudian dianalisis. Dari hasilnya terlihat, tomat di lahan organik diketahui memiliki bahkan 75 persen vitamin C lebih kecil dibanding tomat yang ditanam di pertanian konvensional.
Tomat organik yang diuji oleh para peneliti Brasil diberi pupuk kandang dan kompos sayuran, tetapi tidak disemprot dengan pestisida. Sebaliknya, tomat konvensional diberi pupuk nonorganik dan pestisida FASTAC 100.
Peneliti menemukan tekanan yang terkait dengan enzim phenylalanine ammonia lyase (PAL), sebuah enzin yang berperan membentuk rasa, dua kali lebih aktif dalam buah organik.
Selain itu, senyawa fenol dalam tomat, seperti flavanoid, menyumbang manfaat kesehatan yang besar bagi tubuh. Flavanoid membantu tubuh melawan stres oksidatif, bentuk senyawa kimia perusak yang terkait dengan kondisi kronis, seperti penyakit jantung, kanker, dan demensia. Lycopene, flavonoid tomat, terbukti mengurangi risiko kanker prostat dan memperlambat pertumbuhan tumor.
Sumber: MetroTVNews
Advertisement